Masalah
utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang
termasuk Indonesia adalah masih tingginya laju pertumbuhan penduduk dan
kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk. Keadaan
penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan
pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk
semakin besar usaha yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat
tertentu kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional, 2007). Keluarga Berencana telah menjadi salah satu sejarah
keberhasilan pada abad ke 20 saat ini hampir 60 % pasangan usia subur di
seluruh dunia menggunakan kontrasepsi senggama terputus. Hingga saat
ini populasi dunia sudah mencapai angka 6 milyar dan lebih dari 120 juta
wanita negara berkembang tidak memiliki cara mencegah kehamilan. Pada
awal tahun 2008, para pakar kependudukan memproyeksikan penduduk
Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 234,1 juta Angka ini merupakan
proyeksi moderat yang mengasumsikan keberhasilan program Keluarga
Berencana (KB) dalam menurunkan fertilitas pada periode 2007-2008 terus
berlanjut.
Kontrasepsi
hormon merupakan kelompok kontrasepsi yang pemakaiannya berada pada
urutan ke tiga diseluruh dunia. Sebagian besar (85 %) menggunakan
kontrasepsi oral sedangkan implant hanya 15% namun beberapa negara mungkin banyak mengandalkan salah satu metode tertentu (Glasier,2009).
Survey
demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2008 – 2009 memperlihatkan
proporsi peserta KB untuk semua tercatat sebesar 65,3 %. Bila dirinci
lebih lanjut proporsi peserta KB yang terbanyak adalah suntik (29,8%),
diikuti oleh pil (23,2%), IUD (9,2%), implant atau susuk KB (6,3%)
sterilisasi wanita (6,7%), kondom (3,9%), sterilisasi pria (4,4%), MAL
(Metode Amenore Laktasi) (5,1%), dan sisanya merupakan peserta KB
tradisional masing – masing menggunakan cara tradisional, pantang
berkala (6,6%) maupun senggama terputus (9,5%) dan cara lain
(0,5%).(BKKBN, 2006). Banyak perempuan yang mengalami kesulitan dalam
menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena
terbatasnya metode yang tersedia tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka
tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut, berbagai
faktor harus dipertimbangkan termasuk status kesehatan. Salah satu
bagian dari program KB nasional adalah KB implant. Kontrasepsi
untuk kebutuhan KB yang terus berkembang dari tahun ke tahun. Pemasangan
implant sederhana dan dapat diajarkan dan efek sampingnya sedikit Implant merupakan
kontrasepsi yang paling tinggi daya guna nya Kegagalan adalah 0,3 per
100 tahun tetapi mengapa ibu – ibu kurang berminat menggunakan alat
kontrasepsi ini (Manuaba, 2008). Kelebihan implant adalah cocok
untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang mengandung estrogen,
perdarahan yang terjadi lebih ringan, tidak menaikan tekanan darah,
resiko terjadi nya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan
dengan pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim. (Sarwono, 2006.)
KeluargaBerencana |
0 Response to "RENDAHNYA MINAT IBU DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI "
Post a Comment