Latar Belakang
Perawatan secara intensif di ruang Perinatologi
merupakan permasalahan tersendiri bagi orang tua yang memiliki bayi yang
sedang dirawat di ruang Perinatologi. Munculnya berbagai permasalahan
yang harus dihadapi oleh orang tua khususnya ibu selama bayinya dirawat
di ruang Perinatologi dapat menimbulkan stres, sehingga memunculkan
suatu mekanisme koping untuk mengurangi stres. Tujuan penelitian ini
adalah mengeksplorasi koping ibu yang memiliki bayi dengan BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah) yang menjalani perawatan intensif di ruang
Perinatologi.
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data
dengan indepth interview. Populasi dari penelitian ini adalah ibu yang
mempunyai bayi BBLR yang dirawat diruang perinatologi.Pengambilan sampel
secara purposive sampling berjumlah 4 orang informan dengan
karakteristik ibu dengan bayi BBLR yang menjalani perawatan di ruang
Perinatologi.
Hasil penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah keuangan,
kondisi bayi, adanya keterpisahan antara ibu dengan bayi, pengeluaran
ASI dan masalah dalam perawatan merupakan beberapa hal yang dianggap
penyebab timbulnya stres (sumber stres) pada ibu dengan bayi BBLR yang
dirawat diruang Perinatologi. Dukungan sosial dan motivasi diri
merupakan beberapa hal yang dapat membantu ibu dalam menghadapi adanya
stres (sumber koping). Mekanisme koping merupakan cara yang digunakan
seseorang untuk mengurangi stres dan mengatasi masalah.
Kesimpulan, saran : Semua informan menggunakan beberapa mekanisme koping
yang dianggap efektif untuk mengurangi stres dan mengatasi masalah yang
muncul selama bayi dirawat di ruang Perinatologi yaitu ungkapan
emosional, aset ekonomi, menjalin hubungan dekat antara ibu dan bayi,
melakukan tindakan untuk mengatasi masalah, melakukan perawatan secara
mandiri dan mengurangi stress. Diharapkan perawatan di ruang
Perinatologi dapat melibatkan orang tua sehingga dapat mengurangi
kecemasan pada orang tua, khususnya pada ibu yang memiliki bayi yang
sedang dirawat di ruang Perinatologi.
Proses
persalinan merupakan suatu proses yang alamiah namun membutuhkan banyak tenaga,
daya dan upaya dalam setiap tahap.
Persalinan dimulai ketika leher rahim (serviks) mulai membuka atau
melebar. Uterus berkontraksi dalam jarak waktu teratur, dan perut menjadi
keras. Disela - sela kontraksi uterus melemas dan perut melunak. Waktu
kelahiran yang tepat cukup sulit untuk diprediksi. Masa pra-kelahiran disebut
“pembukaan”, yaitu saat dimana posisi bayi turun menuju leher rahim. Dalam
periode ini, kandung kemih tertekan sehingga frekuensi buang air kecil semakin
meningkat. Masa pra- kelahiran ini berlangsung selama beberapa hari atau
minggu. Pada masa inilah awal ibu
merasakan kecemasan, yang dapat berlanjut hingga pada masa nifas yang sering
disebut Depresi Pasca partum
Kecemasan
dapat timbul ketika individu menghadapi pengalaman-pengalaman baru seperti
masuk sekolah, memulai pekerjaan baru atau melahirkan bayi. Kecemasan juga merupakan sesuatu yang diperoleh dari belajar ibu pasca bersalin. Hal ini ditunjukkan
dengan kesukaran berfikir jernih dan bertindak secara efektif terhadap tuntutan
lingkungan. Pengalaman ibu yang baru
pertama sekali dalam perawatan bayi baru lahir, sudah lah pasti memiliki
tingkat kecemasan yang berat dibandingkan ibu yang telah beberapa kali
melahirkan serta telah beberapa kali merawat bayinya dengan sendiri .
Pengertian Kecemasan
Kecemasan atau
dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari Bahasa Latin “angustus” yang
berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik. Menurut Freud (dalam
Alwisol, 2005:28) mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk
memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga
dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme
yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya
dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai
ego dikalahkan.
Taylor (1995)
mengatakan bahwa kecemasan ialah suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan
mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi
masalah atau adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menyenangkan ini umumnya
menimbulkan gejala-gejala fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak
jantung meningkat, dan lain-lain) dan gejala-gejala psikologis (seperti panik,
tegang, bingung, tak dapat berkonsentrasi, dan sebagainya). Perbedaan
intensitas kecemasan tergantung pada keseriusan ancaman dan efekivitas dari
operasi-operasi keamanan yang dimiliki seseorang. Mulai munculnya
perasaan-perasaan tertekan, tidak berdaya akan muncul apabila orang tidak siap
menghadapi ancaman.
a. Kecemasan Merupakan Pengalaman
Emosional
Reaksi
emosional/cemas terhadap situasi yang menekan merupakan bagian dari pengalaman
manusia sehari-hari. Kecemasan memiliki tingkatan tertentu yaitu kecemasan yang
wajar atau tidak. Kecemasan yang wajar tidak akan mengganggu kehidupan manusia sehari-hari,
dan akan mendorong individu untuk lebih berhati-hati dalam menghadapi situasi yang
mengancam (Barstein, 1994).
Kecemasan
dapat timbul ketika individu menghadapi pengalaman-pengalaman baru seperti
masuk sekolah, memulai pekerjaan baru atau melahirkan bayi (Stuart &
Sundeen, 1993). Kecemasan juga merupakan sesuatu yang diperoleh dari belajar.
Hal ini ditunjukkan dengan kesukaran berfikir jernih dan bertindak secara
efektif terhadap tuntutan lingkungan (Mischel, 1991). Individu akan belajar
dari pengalaman kegagalan memenuhi tuntutan lingkungan yang mengancam. Individu
yang merasa terancam akan menimbulkan kecemasan. Kecemasan sebagai sesuatu
emosi yang muncul dari pengalaman subyektif individu biasanya tidak dapat
dikenali secara nyata. Hal ini berdasarkan pernyataan bahwa ”Emosi yang tidak
disertai dengan obyek yang spesifik biasanya dibangkitkan oleh sesuatu yang
tidak dikenal.”(Stuart & Sundeen, 1993).
Kecemasan
merupakan perasaan subyektif yang dialami oleh individu. Hal ini disebabkan
oleh situasi-situasi yang mengancam sehingga menyebabkan ketidakberdayaan individu
(Freud, 1954). Kecemasan pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai bagian
dari respon normal untuk mengatasi masalah sehari-hari. Kecemasan merupakan
suatu penyerta normal dari pertumbuhan, perubahan, pengalaman sesuatu yang baru
dan belum dicoba serta penemuan identitas diri dan juga menemukan arti hidup.
(Kaplan, dkk, 1996). Whitehead, (1985) juga mengemukakan kecemasan sebagai
pengalaman individu yang timbul karena menghadapi konflik, ketegangan, ancaman
kegagalan, maupun perasaan tidak aman. Individu yang mengetahui penyebab sumber
kecemasannya merupakan suatu pertanda bahwa kecemasan tersebut adalah suatu
emosi yang wajar.
b. Kecemasan Merupakan Hasil dari
Situasi yang Mengancam
Kecemasan
ditandai dengan kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut. Segala bentuk situasi
yang mengancam kesejahteraan organisme dapat menyebabkan kecemasan (Atkinson, 1996).
Situasi yang mengancam meliputi ancaman fisik, ancaman terhadap harga diri, dan
tekanan untuk melakukan sesuatu di luar kemampuan juga dapat menyebabkan
kecemasan. Kecemasan merupakan akibat dari suatu konflik, ketegangan, ancaman
kegagalan maupun perasaan tidak aman (Whitehead, 1985).
Individu yang
merasa berada pada suatu kondisi yang tidak jelas akan menimbulkan kecemasan,
contohnya: khawatir akan kehilangan orang yang kita cintai, perasaan-perasaan bersalah
dan berdosa yang bertentangan dengan hati nurani, dan sebagainya (Kartono,
1981). Hal ini juga dinyatakan Branca (1946), bahwa kecemasan merupakan
perasaan yang tidak menyenangkan karena individu mengalami frustasi dan
ketidakpastian tentang apa yang terjadi dimasa yang akan datang, juga adanya
suatu ancaman tentang kegagalan dan rasa sakit yang akan dialaminya. Kecemasan
merupakan bagian dari kondisi manusia yang dianggap mengancam keberadaan
individu. Hal ini dinyatakan (May, 1950) cemas merupakan afek atau perasaan
yang tidak menyenangkan dan dapat berupa ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran
yang timbul akibat sesuatu yang mengecewakan serta ancaman terhadap keinginan
pribadi.
Kecemasan
sebagai suatu tanda bahaya yang membuat orang bersangkutan waspada dan bersiap
diri melakukan upaya untuk mengatasi ancaman yang bersifat internal, dan tidak jelas.
Kecemasan merupakan pengantisipasian terhadap bahaya. Menurut Davidoff, (1987) kecemasan
adalah emosi yang dikarakteristikkan oleh keadaan pemikiran dan pengantisipasian
terhadap bahaya. Hal ini muncul dikarenakan keputusasaan individu yang tidak
mampu menyelesaikan masalahnya (Hurlock, 1978). Kecemasan digunakan untuk menggambarkan
respon seseorang yang berada dalam bahaya. Sumber bahaya tersebut tidak bisa
diidentifikasi dengan jelas (Chruden & Sherman, 1972).
Kecemasan
merupakan implementasi rasa aman dari situasi yang mengancam. Hal ini berdasarkan
Kartono, (1992) yang menyatakan bahwa situasi kecemasan seperti ini biasanya dialami
saat seorang wanita menjalani kehamilan dan persalinan. Kebutuhan rasa aman ini
menyangkut kegelisahan dan ketakutan yang dialami oleh ibu hamil.
c. Gejala Fisik, Psikologis,
Sosial dari Kecemasan
Adanya
gejala-gejala fisik maupun psikologis yang menyertai kecemasan dapat dijelaskan
sebagai berikut: gejala fisik meliputi telapak tangan basah, tekanan darah meninggi,
badan gemetar, denyut jantung meningkat dan keluarnya keringat dingin. Hal ini berdasarkan
(Maramis, 1980; Sulistyaningsih, 2000) bahwa gejala-gejala fisik yang menyertai
kecemasan adalah palpitasi, keringat dingin, telapak tangan basah, denyut
jantung meningkat, serta keluarnya keringat dingin Perubahan fisik yang dialami
ibu hamil yang lain adalah perubahan pada kulit.
Perubahan
tersebut adalah munculnya melasma, jerawat, varises, dan noda peregangan kulit.
Melasma adalah pigmentasi kulit yang menjadi lebih gelap di sekitar mata, pipi,
dan kadang di atas bibir. Pigmentasi ini disebabkan oleh pengarih melanophore
stimulating hormone yang meningkat (Sarwono, 1976). Varises, spider veins yang
lebih dikenal dengan pecahnya pembuluh darah halus. Hal ini disebabkan volume
darah bertambah seiring dengan tekanan yang dilakukan oleh calon bayi pada
pembuluh darah. Varises ini biasanya akan hilang setelah melahirkan, tetapi
tidak jarang juga masih ada setelah melahirkan. Noda peregangan merupakan
masalah yang paling umum dialami wanita hamil. Saat kulit meregang, muncul bintik
kemerahan dan gatal. Kulit yang kemerahan akan menjadi gelap sehingga bagian di
sekitarnya akan tampak lebih terang. Hal ini dapat dihilangkan dengan
mengoleskan Vitamin E atau Minyak Zaitun.
Kecemasan
merupakan respon terhadap kondisi stres atau konflik. Rangsangan berupa konflik,
baik yang datang dari luar maupun dalam diri sendiri. Hal ini akan menimbulkan respon
dari sistem syaraf yang mengatur pelepasan hormon tertentu. Akibat pelepasan hormon
tersebut, maka muncul perangsangan pada organ-organ seperti lambung, jantung, pembuluh
darah maupun alat-alat gerak. Selain itu juga dapat memicu Sistem Simpatis sebagai
mekanisme pertahanan tubuh. Sistem ini menutup arteri-arteri yang mengalir ke organ-organ
yang tidak esensial untuk pertahanan. Sistem simpatis ini mempersiapkan tubuh untuk
menghadapi kondisi darurat dan bahaya (Mongan, 2005:55) Individu yang mengalami
ancaman akan mengakibatkan perubahan-perubahan fisiologik dari sistem endokrin.
Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerja dari simpatik dan parasimpatik
susunan syaraf otonom. Gangguan hormonal inilah yang akan menyebabkan
terjadinya perubahan aktivitas metabolik di dalam tubuh (Simandjuntak, dkk, 1984)
Kecemasan akan
melibatkan komponen kejiwaan maupun fisik. Hal tersebut pada tiap individu
bentuknya berbeda-beda. Gejala-gejala tersebut merupakan akibat dari rangsangan
sistem syaraf otonom maupun viceral. Individu akan mengeluh sering kencing atau
susah kencing, mulas, mencret, kembung, perih di lambung, keringat dingin,
berdebar-debar, darah tinggi, sakit kepala, dan sesak nafas.
Ada
faktor-faktor yang dapat menyebabkan individu mengalami kecemasan. Faktorfaktor
tersebut adalah keadaan biologis, kemampuan beradaptasi/ mempertahankan diri terhadap
lingkungan yang diperoleh dari perkembangan dan pengalaman, serta adaptasi terhadap
rangsangan, situasi atau stressor yang dihadapi. Sumber stressor/situasi yang
dapat menyebabkan kecemasan didapatkan dari lingkungan sosial. Lingkungan
sosial mempunyai aturan-aturan, kebiasaan, hukum-hukum yang berlaku di daerah
tertentu. Hal inilah yang menyebabkan individu harus dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosial yang ada. Individu yang tidak dapat menyesuikan diri
dengan norma/aturan dalam masyarakat akan menyebabkan ketidakseimbangan dalam
diri dan sosialnya, sehingga dapat menimbulkan kecemasn (Simandjuntak, dkk,
1984).
Dipresentasikan oleh:
Ratih Putri Pratiwi, 2010
0 Response to "Bahan Presentasi Kecemasan Ibu dlm Perawatan BBL"
Post a Comment