Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
dan negara-negara lain relatif tinggi, hingga mencapai 307 per 100.000
kelahiran hidup (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2002/2003).
Penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu menjadi prioritas
utama dalam pembangunan, bidang kesehatan di Indonesia. Adapun salah
satu upaya yang dapat dilakukan dapat terwujud dalam bentuk safe
motherhood atau disebut juga penyelamat ibu dan bayi (Sarwono, 2002).
Masalah kematian ibu adalah masalah
yang sangat kompleks seperti status wanita dan pendidikan. Masalah
tersebut juga diperbaiki sejak awal. Tetapi kurang realistis apabila
mengharapkan perubahan drastis dalam waktu yang singkat, (Sarwono 2002).
Tingginya angka kelahiran berkaitan erat dengan usia wanita pada saat
perkawinan pertama. Secara nasional, meskipun usia kawin pertama umum
25-49 tahun, telah ada peningkatan. Namun umur kawin yang pertama
menunjukkan angka yang relatif rendah, yakni 19,2 tahun, median umur
kawin di pedesaan 18,3 tahun dan di perkotaan 20,3 tahun (SDKI,
2002-2003).
Pelayanan KB yang berkualitas belum
sepenuhnya menjangkau seluruh wilayah nusantara. Pada saat sekarang ini
paradigma program KB telah mempunyai visi dari mewujudkan NKKBS
menjadi visi untuk mewujudkan keluarga berencana yang berkualitas tahun
2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat,
maju, mandiri, memilih jumlah anak yang ideal. berwawasan ke depan,
bertanggung jawab dan harmonis. Visi tersebut dijabarkan dalam 6 visi
yaitu memberdayakan masyarakat, menggalang kemitraan, dalam peningkatan
kesejahtera-an, kemandirian dan ketahanan keluarga. Meningkatkan
kegiatan khusus kualitas KB dan kesehatan reproduksi, meningkatkan
promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak reproduksi dan
meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan
dan keadilan gender melalui program KB serta mempersiapkan sumber daya
manusia yang berkualitas sejak pembuahan dan kandungan sampai pada usia
lanjut (Hanafi Hartanto, 2002).
Meskipun program KB dinyatakan cukup
berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaanya hingga saat ini juga
masih mengalami hambatan-hambatan yang dirasakan antara lain adalah
masih banyak Pasangan Usia Subur (PUS) yang masih belum menjadi peserta
KB. Disinyalir ada beberapa faktor penyebab mengapa wanita PUS enggan
menggunakan alat maupun kontrasepsi. Faktor-faktor tersebut dapat
ditinjau dari berbagai segi yaitu: segi pelayanan KB, segi kesediaan
alat kontrasepsi, segi penyampaian konseling maupun KIE dan hambatan
budaya (Sumber Advokasi KB, 2005). Dari hasil SDKI (2002-2003)
diketahui banyak alasan yang dikemukakan oleh wanita yang tidak
menggunakan kontrasepsi adalah karena alasan fertilitas. Selain alasan
fertilitas, alasan lain yang banyak disebut adalah berkaitan dengan
alat/cara KB yaitu: masalah kesehatan, takut efek samping, alasan karena
pasangannya menolak dan alasan yang berkaitan dengan kondisi sosial
ekonomi yaitu biaya terlalu mahal.
Pengetahuan dan tingkat pendidikan ibu tentang kontrasepsi implant
merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi minat ibu terhadap
pemakaian kontrasepsi implant sehingga semakin tinggi pendidikan ibu maka
semakin banyak pengetahuan yang diterima yang berdampak pada kemauan ibu menggunakan
kontrasepsi implant.
Bidan yang mempunyai peranan penting
sebagai pendamping disepanjang siklus kehidupan wanita sejak periode
perinatal, bayi, remaja, dewasa, kehamilan, persalinan, nifas dan
menopause. Haruslah faham serta mengerti terhadap berbagai perubahan
yang dihadapi wanita demi menuju kehidupan yang sehat.
Pemerintah terus menekan laju
pertambahan jumlah penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB).
Sebab jika tidak meningkatkan peserta KB maka jumlah penduduk Indonesia
akan mengalami peningkatan, apabila kesetaraan ber KB, pertahun,
angkanya tetap sama (60,3%) maka jumlah penduduk Indonesia tahun 2015
menjadi sekitar 2555,5 juta (Sumarjati Arjoso, 2000). Terkait program
KB nasional menurut kepala BKKBN pusat ternyata cukup menggembirakan
yaitu kesetaraan ber KB berdasarkan SDKI 2002, tercatat 61,4% dari
Pasangan Usia Subur (PUS) yang ada naik menjadi 65,97% (Susenas, 2005).
Demikian juga angka kelahiran total dari 2,7 (SDKI 2005) turun menjadi
2,5 (Susenas, 2004). Sedangkan laju pertambahan penduduk menunjukan
angka penurunan dari 2,86% (Sarwono Prawirohardjo, 1990) menjadi 1,17%
(Sarwono Prawirohardjo, 2002)Post in: Imroni, Andrian, Rossina di 14:40
0 Response to "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Ibu terhadap Pemakaian Kontrasepsi Implant"
Post a Comment