SOSIALISME UTOPIS



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dalam perkembangan sosialisme terdiri dari pelbagai macam bentuk seperti sosialisme utopia, sosialisme ilmiah yang kemudian akan melahirkan pelbagai aliran sesuai dengan nama pendirinya atau kelompok masyarakat pengikutnya seperti Marxisme-Leninisme, Febianisme, dan Sosial Demokratis. Sosialisme dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada masyarakat yang memiliki tradisi demokrasi yang kuat.
Sosialisme Utopis atau Sosialisme Utopia adalah sebuah istilah untuk mendefinisikan awal mula pemikiran sosialisme modern. Para sosialis utopis tidak pernah benar-benar menggunakan ini untuk menyebut diri mereka; istilah "Sosialisme Utopis" awalnya diperkenalkan oleh Karl Marx dan kemudian digunakan oleh pemikir-pemikir sosialis setelahnya, untuk menggambarkan awal kaum sosialis intelektual yang menciptakan hipotetis masa datang dari penganut paham egalitarian dan masyarakat komunal tanpa semata-mata memperhatikan diri mereka sendiri dengan suatu cara dimana komunitas masyarakat seperti itu bisa diciptakan atau diperjuangkan. Kata utopia sendiri diambil dari kisah pulau Utopia karangan Thomas Moore.


B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan sosialisme utopis?
2.      Apa tujuan sosialisme utopis?
3.      Siapa saja tokoh sosialisme utopis?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui pengertian sosialisme utopis.
2.      Untuk mengetahui tujuan sosialisme utopis.
3.      Untuk mengetahui tokoh sosialisme utopis.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sosialisme Utopis
Sosialisme Utopis atau Sosialisme Utopia adalah sebuah istilah untuk mendefinisikan awal mula pemikiran sosialisme modern. Para sosialis utopis tidak pernah benar-benar menggunakan ini untuk menyebut diri mereka; istilah "Sosialisme Utopis" awalnya diperkenalkan oleh Karl Marx dan kemudian digunakan oleh pemikir-pemikir sosialis setelahnya, untuk menggambarkan awal kaum sosialis intelektual yang menciptakan hipotetis masa datang dari penganut paham egalitarian dan masyarakat komunal tanpa semata-mata memperhatikan diri mereka sendiri dengan suatu cara dimana komunitas masyarakat seperti itu bisa diciptakan atau diperjuangkan. Kata utopia sendiri diambil dari kisah pulau Utopia karangan Thomas Moore.
Karena Sosialisme utopis ini lebih merupakan sebuah kategori yang luas dibanding sebuah gerakan politik yang spesifik, maka sebenarnya sulit untuk mendefinisikan secara tepat istilah ini. Merujuk kepada beberapa definisi, desinisi sosialisme utopis ini sebaiknya melihat para penulis yang menerbitkan tulisan-tulisan mereka pada masa antara Revolusi Perancis dan pertengahan 1930-an. Definisi lain mengatakan awal mula sosialisme utopis jauh lebih ke masa lalu, dengan mengambil contoh bahwa figur Yesus adalah salah satu diantara penganut sosialisme utopis. Sejak pertengahan abad 19 dan selanjutnya, cabang-cabang sosialisme yang lain jauh melebihi versi utopisnya, baik dalam perkembangan pemikirannya maupun jumlah penganutnya. Para sosialis utopis sangat penting dalam pembentukan pergerakan modern bagi komunitas intentional dan koperasi, techno komunisme.
Sudah sejak abad XV kaum sosialis-utopis dengan tajam mengkritik masyarakat borjuis, mengkritik ketimpangan, ketidakadilan, dan semuanya berkeinginan mengubah masyarakat borjuis menjadi masyarakat yang adil, masyarakat sosialis. Mereka berbeda dalam menetapkan sumber kemelaratan rakyat. Thomas More, Campanella dan Jean Meslier menganggap kemelaratan bersumber pada pemilikan perorangan; Saint-Simon, Charles Fourier dan Robert Owen mengkritik sistim kapitalis; Robert Owen dan Jean Meslier menganggap kemelaratan rakyat bersumber pada ketidaktahuannya rakyat. Sementara tokoh-tokoh sosialis-utopis seperti Owen dan Saint-Simon telah mengakui adanya kelas-kelas dan kontradiksi-kontradiksi kelas, walaupun tidak satupun dari mereka yang berpendirian bahwa perjuangan kelas dalam masyarakat berkelas adalah tenaga penggerak perkembangan masyarakat. Bahkan Owen berusaha penghapusan kontradiksi-kontradiksi kelas dengan penyebaran ilmu pengetahuan, dan Saint-Simon mau membangun sosialisme atas prinsip perdamaian kelas. Walaupun sebagian kaum sosialis-utopis mengakui adanya kelas-kelas dan kontradiksi-kontradiksi kelas dalam masyarakat, tetapi mereka tidak mengakui perjuangan kelas sebagai tenaga penggerak perkembagan masyarakat dalam masyarakat berkelas. Disinilah letak perbedaan fundamental antara sosialisme ilmiah dan sosialisme utopis.

B.     Tujuan Sosialisme Utopis
Sosialis Utopan mempunyai tujuan, yaitu :
·         Menghilangkan hak privat dan kompetisi
·         Memperlakukan setiap orang secara sederajat
·         Kehidupan komunal.

C.    Tokoh-Tokoh Sosialisme Utopis
1.      Thomas More (1478-1535)
Utopis adalah Thomas More (1478-1535), seorang sarjana humanis Inggris. Setelah memangku berbagai jabatan tinggi, Thomas More dihukum mati karena menentang pengangkatan raja Henry VIII menjadi kepala agama pada tahun 1534. Dalam karya-karyanya Thomas More mengkritik hubungan-hubungan kapitalis yang sedang berkembang pada masa itu, dan membeberkan kemelaratan yang dihadapi rakyat. Ungkapan terkenal Thomas More adalah “domba-domba memakan manusia” yang dia pakai untuk melukiskan metode barbar yang dipakai pada masa kelahiran dan perkembangan kapitalisme di Inggris—ketika para tuan tanah mengusir kaum tani dari tanah-tanah mereka, membakari ladang-ladang kaum tani dan mengubahnya menjadi padang rumput bagi penggembalaan domba-domba. Thomas More memandang, bahwa sebab-sebab pokok dari semua bencana masyarakat adalah pemilikan pribadi (perorangan).

2.      Giovanni Domenico Campanella (Tommazo Campanella) (1568-1639)
Di samping Thomas More, terdapat Giovanni Domenico Campanella (Tommazo Campanella) (1568-1639), seorang utopis, seorang komunis utopis Italia. Di masa mudanya Campanella belajar filsafat dalam sebuah biara. Dia mempelajari Aristoteles dan para teolog abad pertengahan seperti Thomas Aquinas dan lain-lain. Karena pengaruh dari filsuf alam Italia, Tolezia, Campanella menyeberang ke kubu penentang gereja. Pada tahun 1591, Campanella menerbitkan buku berjudul Filsafat yang Dibuktikan dengan Bantuan Perasaan (Philosophia Sensibus Demonstrata), yang ditujukan untuk menentang filsafat jaman pertengahan, dan membela filsafat alam Telezia. Tulisan-tulisannya mengkritik pandangan-pandangan skolastik, menolak pandangan-pandangan Aristoteles, membela pandangan-pandangan Galilei Galileo, dan menganjurkan agar melakukan pengenalan sesuatu melalui kenyataan dan menyerukan agar mempelajari alam semesta.
Campanella adalah seorang politikus yang progresif dan patriotik. Pada masa itu, Italia berada di bawah kekuasaan Sepanyol. Campanella berjuang melawan penindasan Sepanyol, menjadi pemimpin organisasi rahasia yang bertujuan membebaskan Itali. Karena pengkhianatan, organisasi itu dihancurkan. Tahun 1602 Campanella dijatuhi hukuman seumur hidup, dan dibebaskan setelah 27 tahun dipenjara. Dalam penjara dia menulis karya-karyanya yang terkenal, yaitu Pembelaan Atas Galileo (Apologia pro Galileo), dan Kota Surya (La Citta del Sole). Dalam Kota Surya dia menguraikan khayalannya tentang masyarakat komunis yang utopis. Dia mengkritik masyarakat penghisap. Menurut Campanella, kemelaratan yang luar biasa menyebabkan orang menjadi bajingan, pelit, licik, perampok, tukang tipu muslihat, berakal busuk, sampah masyarakat dan pembohong. Adanya kekayaan yang melimpah ruah menyebabkan orang menjadi sombong, tinggi-hati, awam, karena orang-orang membuat keputusan tentang sesuatu yang sebenarnya tidak dia pahami, pengkhianat-pengkhianat, pembohong, pembual, orang-orang yang tak mengenal belas kasihan, temperamental dan lain-lain. Campanella secara tangguh membela pandangan bahwa di dalam masyarakat di mana tidak ada pemilikan pribadi (perorangan), tidak ada ketimpangan masyarakat dan tidak ada ketimpangan penghidupan. Dalam keadaan demikian ilmu pengetahuan, tekhnik dan kesenian akan berkembang dengan pesat. Ide-ide Campanella adalah pernyataan isi hati dan harapan dari kaum miskin pedesaan dan para intelektual lapisan bawah di Italia pada akhir abad XVI sampai permulaan abad XVII. Ide-ide utopis Campanella mengenai masyarakat adil di masa depan hanyalah rekaan, khayalan semata-mata, tidak didasarkan pada pengetahuan tentang hukum perkembangan masyarakat yang riil.

3.      Claude Henry Saint-Simon (1760-1825)
Dia adalah seorang sosialis-utopis yang besar di abad XIX. Pandangan-pandangan sosialnya lahir pada masa kelas proletar masih belum berkembang dan meluas. Bertentangan dengan pandangan-pandangan sosial masa itu yang membela sistem penghisapan borjuis, Saint-Simon mengkritik hal itu dan memimpikan suatu masyarakat yang adil—mengkritik sistim kapitalis dan ingin menggantikannya dengan sistim sosialis. Saint-Simon berusaha memberi dasar pandangan dari perkembangan sejarah. Menurut Saint-Simon, setiap sistem masyarakat pada masa lahirnya merupakan langkah maju ke depan dalam proses perkembangan sejarah.
Saint-Simon menentang para pendahulunya, terutama Rousseau, yang menganggap bangunan masyarakat yang ideal adalah masyarakat kekeluargaan. Bertolak dari teorinya tentang kemajuan sejarah, Saint-Simon menyatakan bahwa jaman keemasan akan tiba di masa datang. Walaupun demikian, sebagaimana kaum materialis Perancis pada masa itu, dalam pemahaman tentang tenaga penggerak perkembagan masyarakat, Saint-Simon masih berdiri pada posisi idealis. Menurutnya, kemajuan ilmu menentukan perkembangan masyarakat. Menurut pandangannya, sejarah melalui tiga fase perkembangan, yakni fase teologi (periode kekuasaan sistem keagamaan, termasuk didalamnya masyarakat perbudakan dan masyarakat feodal), fase metafisika (periode keruntuhan sistim feodal dan teologi), dan fase positif (bangunan masyarakat di masa depan, yang didasarkan pada ilmu pengetahuan).

4.      Charles Fourier (1772-1837)
Seorang tokoh sosialis-utopis Perancis. Fourier dengan sangat tajam mengkritik masyarakat borjuis. Fourier mengungkap kontradiksi antara ide-ide dan pernyataan-pernyataan para ideolog revolusi Perancis mengenai persamaan, persaudaraan dan keadilan, serta terjadinya kemelaratan di bidang material dan moral dalam masyarakat borjuis. Fourier menulis, masyarakat borjuis adalah kotor, penuh dengan pencemaran. Dalam susunan masyarakat seperti itu, di satu sisi terjadi kemiskinan dan di sisi lain terjadi penumpukan kekayaan yang melimpah ruah. Susunan masyarakat seperti itu merusak manusia, menindas perasaan, keinginan dan pikiran. Kebahagiaan seseorang dalam susunan masyarakat borjuis didasarkan pada ketidakbahagiaan orang lain. Fourier dipengaruhi oleh ajaran kaum materialis Perancis mengenai peranan pendidikan.
Dengan mendasarkan pada keharusan munculnya masyarakat sosialis, Fourier mengembangkan ajaran tentang kesukaan dan kegemaran manusia. Kaum moralis, sampai saat itu sudah banyak menulis tentang sifat-sifat kotor, sifat-sifat ceroboh manusia. Menurut Fourier, sebenarnya, yang kotor itu justru adalah masyarakatnya itu sendiri. Semua sifat manusia adalah baik. Masalahnya adalah bagaimana menciptakan masyarakat yang sedemikian rupa, hingga memenuhi keinginan manusia, memenuhi kebutuhan perkembangannya, memenuhi kebutuhannya untuk maju. Fourier melukiskan masyarakat masa depan dengan unsur-unsur dasarnya adalah phalanx, yang terdiri dari berbagai susunan badan produksi. Setiap anggota phalanx mempunyai hak untuk bekerja. Dibimbing oleh keinginannya, setiap anggota phalanx dengan sukarela bebas masuk ke dalam salah satu unit produksi. Kerja dalam phalanx adalh kebutuhan, keharusan untuk menghasilkan barang kebutuhan manusia. Sosialisme Fourier adalah sosialisme-utopis. Fourier mengambil sikap menentang revolusi dengan kekerasan. Karena kecewa atas revolusi Perancis, Fourier memikirkan propaganda secara damai untuk menyebarkan ide-idenya, untuk mengorganisasi masyarakat sosialis di masa depan.

5.      Jean Meslier (1664-1729)
Seorang materialis, ateis, komunis-utopis Perancis. Dalam tulisan-tulisannya, Jean Meslier menyatakan protes yang keras terhadap agama, kebatinan, gereja dan semua bangunan masyarakat feodal. Meslier memandang kejahatan yang pokok adalah pembagian kekayaan yang tidak seimbang, tidak merata di antara rakyat. Adapun penyebab kejahatan itu adalah hak milik perorangan. Raja-raja, kaum bangsawan, agama telah merampas, menguasai semua kekayaan yang diperoleh dari tanah. Sisa yang tinggal pada rakyat hanyalah kerja, penderitaan dan kemelaratan. Menurut Meslier, agama, terutama Kristen adalah hikayat yang hina, keji, yang direka-reka, dikarang-karang oleh para pendeta, terutama untuk menguasai rakyat dalam keadaan dunggu dan bebal serta patuh. Untuk menghancurkan ketidaksamaan, kaum melarat harus bersatu dan menggulingkan kekuasaan tirani. Menurut Meslier, masyarakat yang adil di masa depan adalah masyarakat yang berbentuk federasi dari komune-komune yang semua anggotanya bekerja dan dengan hak yang sama dapat menggunakan barang kebutuhan sehari-hari. Pandangan-pandangan sosial Meslier termasuk ke dalam ideologi tani (borjuis kecil), yakni pandangan komunisme sama rata. Sebagaimana Spinoza, Meslier dengan tandas mengkritik dualisme Descartes yang mengakui sifat materiil dan sifat fananya jiwa. Materialisme Meslier berhubungan erat dengan ateismenya yang militan, sama halnya dengan semua materialisme pra-Marx yang metafisis dan terbatas. Pandangan-pandangan sosialnya adalah idealis. Menurut Meslier, penderitaan rakyat disebabkan oleh tidak adanya pendidikan, penipuan yang dilakukan pemerintah dan gereja.

6.      Robert Owen (1771-1858)
Seorang tokoh sosialis-utopis yang besar di abad XIX. Sebagai sorang pabrikan, selama tahun 1800 sampai tahun 1829, Robert Owen telah bertindak memperpendek jam kerja di pabriknya menjadi 10.5 jam sehari, dari yang biasanya 13-14 jam sehari pada masa itu. Robert Owen mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki penghidupan kaum pekerja dengan jalan mendirikan sekolah-sekolah, penitipan anak-anak dan taman kanak-kanak bagi anak-anak kaum buruh. Lama kelamaan, dari sifatnya yang filantropis Owen berubah jadi penganut komunisme.
Dalam pandangan-pandangan sosialnya Robert Owen terpengaruh oleh kaum materialis Perancis abad XVIII. Robert Owen menyatakan bahwa manusia adalah produk dari keadaan disekitarnya. Dari semua kebiasaan jelek dan kekurangan rakyat, yang bersalah itu bukanlah orangnya, tetapi susunan masyarakatnya di mana mereka hidup.Kejahatan rakyat “adalah kejahatan masyarakat itu sendiri, bukanlah kejahatan pribadi seseorang. Ubahlah syarat-syarat kehidupan material masyarakat, perbaikilah susunan masyarakat, maka akan berubah pula keinginan dan kesukaan rakyat”.
 
BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Sosialisme adalah pandangan hidup dan ajaran kamasyarakatan tertentu, yang berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil-hasil produksi secara merata . Sosialisme sebagai ideologi adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar oleh para pengikutnya mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujutnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi , konstitusional –parlementer, dan tanpa kekerasan.
Sosialisme sebagai ideologi timbul dari keadaan yang kritis di bidang sosial, ekonomi dan politik akibat revousi industri. Adanya kemiskinan, kemelaratan ,kebodohan kaum buruh, maka sosialisme berjuang untuk mewujudkan kesejahteraan secara merata.

B.     Saran
Berdasarkan simpulan dari isi makalah ini jika terdapat kekurangan dalam hal penyajian makalah ini dan dalam hal penyusunan kata-kata yang kurang efektif penulis mohon kritik dan saran yang berguna bagi penulisan makalah selanjutnya.

 
DAFTAR PUSTAKA

Ebenstein, William dan Edwin Fogelman. 1990. Isme-Isme Dewasa Ini. Jakarta : Erlangga.

Soegito, A.T. 2009. Pendidikan Pancasila. Semarang : UPT MKU UNNES.



0 Response to "SOSIALISME UTOPIS"

Post a Comment